Badut mengerikan? Ini penjelasan psikologinya

Badut mengerikan? Ini penjelasan psikologinya

Badut mengerikan? Ini penjelasan psikologinya

Tokoh serupa badut sudah hadir selama ribuan tahun yang dijadikan sebagai wahana untuk mempeolok orang-orang yang berkuasa dan menjadi saluran yang aman untuk melampiaskan emosi rakyat kepada para penguasa.

Pelawak dan tokoh lain untuk mempermalukan orang sudah ada sejak era Mesir kuno. Dalam Bahasa Inggris, kata “clown” pertama muncul sekitar 1500-an dan digunakan oleh Shakespeare untuk menggambarkan beberapa tokoh bodoh dalam sandiwaranya. Tokoh badut sirkus yang kini umum—wajah dicat, rambut palsu, dan baju kedodoran—muncul sekitar abad ke-19 dan tidak banyak berubah dalam 150 tahun terakhir.

Pesona badut mengerikan muncul setelah pembunuh berantai John Wayne Gacy ditangkap di Amerika Serikat. Pada 1970-an, John muncul dalam pesta ulang tahun anak-anak sebagai “Pogo Si Badut” dan sering melukis badut. Ketika polisi menemukan bahwa dia telah membunuh setidaknya 33 orang dan mengubur mayat di rumahnya di Chicago, kaitan antara badut dan perilaku psikopat berbahaya pun tertanam kuat di bawah sadar masyarakat Amerika.

Tahun 2016 selama beberapa bulan, badut-badut seram meneror Amerika.Di Florida, badut mengerikan tampak mengendap-ngendap di pinggir jalan. Di South Carolina, badut-badut dilaporkan berusaha memancing perempuan dan anak-anak ke dalam hutan.

Namun, laporan ini tidak memiliki kejelasan benar atau tidaknya. Psikologi dapat membantu menjelaskan kenapa badut yang seharusnya menghibur malah menjadi sumber ketakutan.

Orang yang kita anggap menakutkan biasanya seorang laki-laki, dan sifat ketidakterdugaan adalah komponen penting dalam kengerian, pola kontak mata dan perilaku non-verbal lainnya adalah pemicu besar rasa takut kita.

Karakter fisik yang tidak umum atau aneh seperti mata yang besar, senyum yang aneh, atau jari-jari panjang, tidak memunculkan rasa takut. Tapi adanya sifat fisik yang aneh dapat memicu kecenderungan kengerian yang dimiliki seseorang, misalnya selalu mengarahkan topik pembicaraan ke hal-hal seksual.

Rasa ngeri adalah respons terhadap ancaman yang ambigu dan kita hanya merasa ngeri kalau kita menghadapi ancaman yang tidak jelas.

Misalnya, tiba-tiba meninggalkan lawan bicara yang menurut kita menimbulkan rasa ngeri di tengah-tengah obrolan akan dianggap tidak sopan dan aneh, tapi bukan tindakan yang berbahaya. Tapi akan berbahaya kalau kita mengacuhkan intuisi kita dan terus bercakap-cakap dengan seseorang yang sebenarnya adalah sebuah ancaman. Ambivalensi ini membuat kita terpaku di tempat dan terjebak dalam rasa tidak nyaman.

Reaksi ini bisa jadi adaptif, suatu reaksi yang muncul karena evolusi: rasa ngeri adalah cara untuk mempertahankan kewaspadaan dalam situasi yang mungkin berbahaya.Kenapa badut membuat kita takut?

Melihat hasil penelitian kami, tidaklah mengherankan mengapa badut itu mengerikan.

Rami Nader adalah seorang psikolog asal Kanada yang meneliti coulrophobia, rasa takut yang tidak rasional terhadap badut. Nader meyakini bahwa fobia badut dipicu oleh tokoh badut yang mengenakan riasan wajah dan menyembunyikan jati diri dan perasaan orang di balik tokoh itu.

Orang yang berinteraksi dengan badut yang sedang tampil tidak akan tahu apakah mereka akan kena kue di muka atau menjadi korban kejahilan yang mempermalukan. Karakter fisik badut yang sangat tidak lazim seperti rambut palsu, hidung merah, riasan wajah, dan pakaian aneh justru meningkatkan ketidakjelasan apa yang akan dilakukan si badut.

📸: Pngtree

#MALAMSENIN

#HIMALAUSU

#MADINGONLINE

Share post:

  • /

Leave a Reply